TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)



Taman Nasional Bukit Barisan Selatan adalah sebuah taman nasional yang ditujukan untuk melindungi hutan hujan tropis pulau Sumatra beserta kekayaan alam hayati yang dimilikinya. UNESCO menjadikan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai Warisan Dunia. Bukit Barisan Selatan dinyatakan sebagai Cagar Alam Suaka Margasatwa pada tahun 1935 dan menjadi Taman Nasional pada tahun 1982. Pada awalnya ukuran taman adalah seluas 356.800 hektar . Tetapi luas taman saat ini yang dihitung dengan menggunakan GIS kurang-lebih sebesar 324.000 Ha.

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan terletak di ujung wilayah barat daya Sumatera. Tujuhpuluh persen dari taman (249.552 hektar) termasuk dalam administrasi wilayah Lampung Barat dan wilayah Tanggamus, dimana keduanya adalah bagian dari Provinsi Lampung. Bagian lainnya dari taman mencakup 74.822 hektar (23% dari luas taman keseluruhan) dan berada di wilayah Kaur dari provinsi Bengkulu. Sumatera Selatan juga sangat penting bagi tumpang-tindih perbatasan taman dengan perbatasan provinsi.

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan memiliki beberapa hutan dataran rendah di Sumatera yang terakhir kali dilindungi. Sangat kaya dalam hal keanekaragaman hayati dan merupakan tempat tinggal bagi tiga jenis mamalia besar yang paling terancam di dunia: gajah Sumatera (kurang dari 2000 ekor yang bertahan hidup saat ini), badak Sumatera (populasi global keseluruhan: 300 individu dan semakin berkurang drastis jumlahnya) dan harimau Sumatera (populasi global keseluruhan sekitar 400 individu).

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan tercakup dalam Global 200 Ecoregions, yaitu peringkat habitat darat, air tawar dan laut di bumi yang paling mencolok dari sudut pandang biologi yang dibuat oleh WWF. Taman ini disorot sebagai daerah prioritas untuk pelestarian badak Sumatera melalui program Asian Rhino and Elephant Action Strategy (AREAS) dari WWF. Selain itu, IUCN, WCS dan WWF telah mengidentifikasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai Unit Pelestarian Macan (Wikramanayake, dkk., 1997), yaitu daerah hutan yang paling penting untuk pelestarian harimau di dunia. Terakhir, pada tahun 2002, UNESCO telah memilih daerah ini untuk diusulkan sebagai World Heritage Cluster Mountainous Area beserta Taman Nasional Gunung Leuser dan Kerinci Seblat.Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan perwakilan dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan yang terdiri dari tipe vegetasi hutan mangrove, hutan pantai, hutan pamah tropika sampai pegunungan di Sumatera.

Jenis tumbuhan di taman nasional tersebut antara lain pidada (Sonneratia sp.), nipah (Nypa fruticans), cemara laut (Casuarina equisetifolia), pandan (Pandanus sp.), cempaka (Michelia champaka), meranti (Shorea sp.), mersawa (Anisoptera curtisii), ramin (Gonystylus bancanus), keruing (Dipterocarpus sp.), damar (Agathis sp.), rotan (Calamus sp.), dan bunga raflesia (Rafflesia arnoldi).
Tumbuhan yang menjadi ciri khas taman nasional ini adalah bunga bangkai jangkung (Amorphophallus decus-silvae), bunga bangkai raksasa (A. titanum) dan anggrek raksasa/tebu (Grammatophylum speciosum). Tinggi bunga bangkai jangkung dapat mencapai lebih dari 2 meter.

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan habitat beruang madu (Helarctos malayanus malayanus), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), tapir (Tapirus indicus), ungko (Hylobates agilis), siamang (H. syndactylus syndactylus), simpai (Presbytis melalophos fuscamurina), kancil (Tragulus javanicus kanchil), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata).

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:

* Tampang, Blubuk, Danau Menjukut, Way Sleman, Blimbing. Menjelajahi hutan, wisata bahari, berenang, bersampan, pengamatan tumbuhan (raflesia, bunga bangkai), berkemah, dan menyelusuri sungai.
* Sukaraja Atas. Menjelajahi hutan, berkemah, pengamatan satwa/tumbuhan (bunga bangkai jangkung).
* Suwoh. Bersampan, berenang, sumber air panas, menjelajahi hutan dan berkemah
* Kubu Perahu. Menjelajahi hutan, air terjun, pengamatan satwa/tumbuhan dan berkemah.

Atraksi budaya di luar taman nasional:Festival Krakatau pada bulan Juli di Bandar Lampung dan Festival Danau Ranau pada bulan Desember di Oku-Sumatera Selatan.
Musim kunjungan terbaik: bulan Januari s/d Agustus setiap tahunnya.

Cara pencapaian lokasi :Teluk Betung-Tanjung Karang-Kota Agung menggunakan mobil, Kota Agung-Tampang menggunakan kapal motor sekitar enam jam, Kota Agung-Banjarnegoro-Sukaraja Atas/Suwoh menggunakan mobil sekitar empat jam, dan Kota Agung-Kubu Perahu menggunakan mobil sekitar tujuh jam

TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS


Taman Nasional Way Kambas merupakan perwakilan ekosistem hutan dataran rendah yang terdiri dari hutan rawa air tawar, padang alang-alang/semak belukar, dan hutan pantai di Sumatera.

Jenis tumbuhan di taman nasional tersebut antara lain api-api (Avicennia marina), pidada (Sonneratia sp.), nipah (Nypa fruticans), gelam (Melaleuca leucadendron), salam (Syzygium polyanthum), rawang (Glochidion borneensis), ketapang (Terminalia cattapa), cemara laut (Casuarina equisetifolia), pandan (Pandanus sp.), puspa (Schima wallichii), meranti (Shorea sp.), minyak (Dipterocarpus gracilis), dan ramin (Gonystylus bancanus).

Taman Nasional Way Kambas memiliki 50 jenis mamalia diantaranya badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), tapir (Tapirus indicus), anjing hutan (Cuon alpinus sumatrensis), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus); 406 jenis burung diantaranya bebek hutan (Cairina scutulata), bangau sandang lawe (Ciconia episcopus stormi), bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), sempidan biru (Lophura ignita), kuau (Argusianus argus argus), pecuk ular (Anhinga melanogaster); berbagai jenis reptilia, amfibia, ikan, dan insekta.

Gajah-gajah liar yang dilatih di Pusat Latihan Gajah (9 km dari pintu gerbang Plang Ijo) dapat dijadikan sebagai gajah tunggang, atraksi, angkutan kayu dan bajak sawah. Pada pusat latihan gajah tersebut, dapat disaksikan pelatih mendidik dan melatih gajah liar, menyaksikan atraksi gajah main bola, menari, berjabat tangan, hormat, mengalungkan bunga, tarik tambang, berenang dan masih banyak atraksi lainnya.

Patroli Gajah di TN Way kambas

Pusat latihan gajah ini didirikan pada tahun 1985. Sampai saat ini telah berhasil mendidik dan menjinakan gajah sekitar 290 ekor.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Pusat Latihan Gajah Karangsari. Atraksi gajah. Way Kambas. Untuk kegiatan berkemah.Way Kanan. Penelitian dan penangkaran badak sumatera dengan fasilitas laboratorium alam dan wisma peneliti.Rawa Kali Biru, Rawa Gajah, dan Kuala Kambas. Menyelusuri sungai Way Kanan, pengamatan satwa (bebek hutan, kuntul, rusa, burung migran), padang rumput dan hutan mangrove.

Atraksi budaya di luar taman nasional:Festival Krakatau pada bulan Juli di Bandar Lampung.
Musim kunjungan terbaik: bulan Juli s/d September setiap tahunnya.

Cara pencapaian lokasi :

Cara pencapaian lokasi: Bandar Lampung-Metro-Way Jepara menggunakan mobil sekitar dua jam (112 km), Branti-Metro-Way Jepara sekitar satu jam 30 menit (100 km), Bakauheni-Panjang-Sribawono-Way Jepara sekitar tiga jam (170 km), Bakauheni-Labuan Meringgai-Way Kambas sekitar dua jam.
Kantor: Jl. Raya Way Jepara
Labuan Ratu Lama, Lampung
Telp. (0725) 44220
Dinyatakan Menteri Pertanian, Tahun 1982
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 14/Menhut- II/1989 dengan luas 130.000 hektar
Ditetapkan Menteri Kehutanan, SK No. 670/Kpts-II/1999
dengan luas 125.621,3 hektar
Letak Kab. Lampung Tengah dan Kab. Lampung
Timur, Provinsi Lampung
Temperatur udara 28° - 37° C
Curah hujan 2.500 - 3.000 mm/tahun
Ketinggian tempat 0 - 60 m. dpl
Letak geografis 4°37’ - 5°15’ LS, 106°32’ - 106°52’ BT

MENARA SIGER




MENARA SIGER KEBANGGAAN MASYARAKAT LAMPUNG

Jakarta memiliki Monas, bila antar Jakarta dan Sumatera maka Monas sebagai titik nol antara Jakarta dan Sumatera. Monas sebagai icon Jakarta, Palembang dengan Jembatan Ampera, Aceh sebagai titik nol Indonesia, dan kini Lampung memiliki Icon dengan Menara Siger dan sebagai titik nol jalan lintas Sumatera.

Menara Siger merupakan Prasasti Titik Kilomer nol jalan lintas Sumatera dan menjadi penanda bahwa ini adalah pintu gerbang pulau Sumatera, tentu ini akan menjadi catatan sejarah yang telah diresmikan oleh Pemerintah Daerah Propinsi Lampung pada tanggal 29 Mei 2009. Menara Siger dengan bentuk architecture crawn yang indah berwana kuning dapat dilihat dari jauh ketika kapal akan berlabuh di pelabuhan Bakauheni baik pagi maupun malam hari dengan lampu sorot dan sekaligus dijadikan menara lampu oleh kapal – kapal yang akan merapat di pelabuhan. Di puncak menara, ada payung tiga warna (putih-kuning-merah) sebagai simbol tatanan sosial masyarakat Lampung Bila akan melintas jalan darat menuju Sumatera dari Jakarta dan sebaliknya, tentu tak seorang pun tidak melewati dan melihat Menara Siger yang kini menjadi icon Propinsi Lampung. Menara yang mengusung adat budaya Lampung dan sekaligus landmark dari kawasan Bakauheni didalamnya menara Siger terdapat bangunan utama dan terdapat Prasasti Kayu Are sebagai simbol pohon kehidupan bagi masarakat Lampung, ini membuat Menara Siger menjadi mahkota budaya kehidupan masyarakat.

Gagasan pembangunan menara Siger dilaksanakan oleh Gubernur Syachoedin ZP untuk masa bakti 2004 – 2009 dan merupakan suatu karya permanen tidak hanya berbentuk sebuah fisik bagunan tetapi tercermin mambangun budaya masyarakat dan identitas masyarakat Lampung sesuai dengan filosophi berpikir dan bertindak dengan visi dan misi untuk mewujudkan Lampung yang unggul dan bardaya saing, salah satu keunggulan digali dari aspek budaya daerah menuju masyarakat yang sejahtera yang direpresentasikan dalam bentuk bangunan berciri sangat specific Lampung dan sekaligus menjadi icon Lampung, ini merupakan suatu karya yang sangat luar biasa yang perlu mendapatkan dukungan dan sekaligus perlu dicatat dalam sebuah sejarah Lampung melainkan sejarah nasional.


Menara Siger sebagai karya besar dan sekaligus dapat menjadi representasi tonggak pembangunan menuju pembangunan dan karya yang besar bagi daerah propinsi Lampung, bila melihat menara Siger akan terbayang sebuah mahkota yang dibangun disebuah bukit dan orang sudah mennginterprestasikan bahwa bangunan tersebut mengrepresentasikan simbol budaya Lampung, dimana di atas puncak terdapat tiga buah payung berwarna putik – kuning dan merah sebagai simbol tatanan sosial masyarakat Lampung, dan di menara Siger terdapat ada tower yang dapat melihat panorama laut yang bermakna profan.

Peresmian menara Siger mengusik kembali suatu wacana kebudayaan bagi propinsi Lampung, sebuah obsesi yang besar sudah dimulai dan diwujudkan dengan diresmikan pada tanggal 30 Mei 2008 dan merupakan wujud riil oleh seorang pemimpin daerah yang ingin mengkulturasikan Lampung sehingga bumi Lampung menjadi sebuah wilayah yang hidup didalam lilitan indigenious culture.

Kini Lampung tampil dengan wajah dan wilayah yang khas hidup dalam karakter budaya lokal seperti layaknya masyarakat di Bali, Lombok, Minangkabau, Flores, Sulawisi; Bugis – Toraja dan tradisi kerjaan Mataram di Yogyakarta. Menara Siger tidak dilihat diri aspek fisiknya saja tetapi bangunan ini mengandung nilai budaya dan sejarah dalam bentuk sebuah artefak yang membentuk kosmologi dalam setiap ruang kehidupan, sehingga setiap orang yang melihat dan berada di menara ini akan mengetahui seperti apakah gerangan Lampung ini.

Apakah Menara Siger Akan Menciptaka Makna Setelah peresmian sejak tanggal 30 Mei 2008 yang kini diserahkan kepada pihak Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan untuk mengelola bersama sebuah Badan Otoritas yang akan bertanggung jawab memelihara dan menghidupkan Menara Siger dengan berbagai kegiatan gedung ini, dalam sambutan Bapak Gubernur kegiatan diantaranya mulai pentas seni sampai kegiatan yang bersifat edukative.

Menara Siger yang tadinya lahir dari sebuah visioner yang dilahirkan sebuah semangat revitalisasi budaya Lampung dengan peresmian ini tentu merupakan suatu yang baik dan harus mampu untuk mengisi pesan yang disampaikan oleh Gubernur ketika dalam acara pembukaan. Karena semangat menara Sigir merupakan identitas dan diciptakan harus kelak mampu memunculkan pencipta – pencipta yang lain yang mampu membuat identitas itu betul-betul mengalir hidup dalam mayarakat Lampung yang mampu menyelimuti bangunan monumental Siger ini yang direpresentasikan dengan berbagai isian baik kegiatan dalam bentuk seni dan budaya dan yang paling penting adalah dalam bentuk kosmologi stuktur kehidupan masyarakat.

Memang tidak mudah bagi sebuah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung dan Badan Otorita yang akan mengurus dan mengisi gedung ini, karena tidak saja dilihat dari aspek budaya sebagai suatu paket integral pariwisa melainkan diperlukan sebuah grand design yang sangat comprehensive untuk mengisi pesan dari menara Siger ini, dan jangan sampai kegiatan paket budaya menjadi subordinat pariwisata. Budaya jangan dimaknai sebatas seni atau pertujukan rekreative, prosesi adat dimaknai sebagai acara tontonan, event akbar dan kegiatan prosesi adat hendaknya jangan hanya dikemas dalam bentuk suatu kegiatan belaka, tetapi perlu di design suatu paradigma yang mampu menyiratkan budaya sebagai bagian integral kehidupan masyarakat.

Apa Isi Menara Siger. Bila hendak mengikuti sebuah tradisi tafsir, kebudayaan memiliki makna seperangkat system symbolic yang mengandung makna yang kaya, pengetahuan, nilai, azas dan segala referensi yang dapat dijadikan pegangan manusia yang berhubungan dan interaksi dengan sebuah lingkungan, bahwa budaya mampu memiliki adaptive, inovative, creative productive, maka makna symbolic senantiasa hadir dalam kontek tersebut, kerena kehidupan tidak serta merta hadir dalam suatu lingkungan dan kehidupan masyarakat. Makna symbolik dapat berbentuk artefak ukir, sulam, topeng dan benda-benda simbalik lainnya, budaya sendiri dapat berbentuk gerak, tuturan dan juga yang berbentuk tampak dalam sebuah ritual, kekuasaan dan sistem sosial. Oleh karena itu menara Siger harus mampu diisi dengan suatu perspektif entitas simbol, cerita dan kisah yang mempunyai maksud dan makna.

Sebagai salah satu contoh produk yang sangat perlu diisi diantaranya adalah suatu cetakan, karena dalam isian dari menara Siger berbentuk simbolik, maka makna yang hadir dalam kontak harus diketahui dan dikenal orang lain, dan tentu ini tidak mudah kalau bukan penyampaiannya melalui suatu informasi baik dalam berbentuk : tourist information center, web basis atau bentuk cetakan, karena bila tidak akan sangat sukar bagi orang luar mambayangkan. Sehingga informasi yang dikeluarkan akan menjadi suatu sharing makna dan menjadi milik bersama. Sehingga menara Siger mampu memancarkan dan menyebarluaskan makna simbolis budaya Lampung kepada baik bagi masyarakat Lampungnya sendiri dan kepada orang lain / pendatang atau wisatawan sehingga pancaran entitas budaya yang mampu menularkan makna-makna simbolis dan kemudian menara Siger memancarkan sinar makna cultural, sehingga menara Siger ini digandrungi untuk di kunjungi baik oleh excortionist maupun tourist dan melaku kan tours [ learn, study and search ] di menara Siger. Nicolaus Lumanauw.

FRESH AND NATURAL DI LEMBAH HIJAU

Taman Wisata Lembah Hijau merupakan salah satu andalan wisata alam buatan di kota Bandar Lampung yang kini semakin ramai dikunjungi wisatawan lokal, nasional, juga wisatawan mancanegara (wisman) mulai melirik lantaran ada taman satwa yang jadi titik perhatiannya.

Taman wisata yang berlokasi di JI. Radin Imba Kesuma Ratu, Kampung Sukajadi, Kel. Sukadanaham, Kec. Tanjung Karang Barat, Bandar lampung, kini menjadi andalan bagi wisatawan yang berkunjung ke Lampung.

Apalagi, Provinsi Lampung secara geografis memiliki posisi strategis, sebagai pintu gerbang masuk dari Pulau Jawa ke Sumatera. Juga, warga Lampung yang butuh tempat rekreasi dan hiburan bernuasa lingkungan.

Fresh and Natural, demikian motto obyek taman wisata ini yang sejalan dengan kondisi lingkungan yang bersih, sehat, nyaman, aman dan alami. Karena itu, menariknya taman wisata ini merupakan perpaduan sebuah Taman Rekreasi pegunungan dan area satwa yang menempati suatu area berbukit, lembah serta sebuah sungai kecil berarus deras yang membelah kawasan wisata ini.

Ditambah berbagai fasilitas penunjang wisata di Lembah Hijau yang sangat lengkap, bervariasi seperti naik kuda, onta, rute jogging, tempat santai keluarga, kano, membuat wisatawan semakin enjoy dan betah menikmati musim liburan. "Keberadaan Lembah Hijau ini menjadi destinasi alternatif di Lampung, khususnya bagi wisata keluarga yang umumnya datang dari luar daerah," ungkap Kasi Promosi dan Pemasaran Pariwisata Disbudpar Provinsi Lampung, Nurmansyah.

Berbagai fasilitas mulai koleksi satwa-satwa sekaligus penangkarannya, bahkan hutan lindung dan catchment area sehingga kawasan ini berkonsep cagar alam, adat, budaya, dan objek wisata, yang komposisinya 80% areal alami terbuka dan 20% bangunan.

Selain itu, Lembah Hijau hadir dengan konsep wisata terpadu. Dalam satu area ini, wisatawan bisa merasakan beragam fasilitas yang menyenangkan, edukatif, dan refreshing. Di mana, tersedia kolam renang water boom dengan tower spiral setinggi 13 meter, panjang 60 meter, dan kolam torpedo 8 meter.

Water boom ini satu-satunya dilengkapi dengan water splash. Tidak hanya itu, Taman Wisata Lembah Hijau juga dilengkapi dengan outdoor activity untuk outbond, baik untuk orang dewasa maupun anak-anak, serta restoran dan cottage. Juga dilengkapi taman flora dan fauna. Ini bisa dijadikan sebagai wahana pembelajaran anak dalam menggali jenis jenis satwa dan tumbuhan. Ada juga kebun herbal yang dilengkapi dengan pondok herbal.

Lembah Hijau yang seluas 30 hektar, dan baru 10 hektar yang telah dimanfaatkan akan terus berbenah dengan membangun berbagai fasilitas yang sangat dibutuhkan wisatawan. Dengan tujuan agar wisatawan tidak merasa jenuh berwisata di Lembah Hijau ini. Fasilitas tambahan yang kini sudah ada antara lain, paintball and airsoft gun area, racing games, juga rumah pohon bagi wisatawan yang ingin menginap.

AIR TERJUN CURUP WANGSA


Air terjun Curup Gangsa terletak di Dusun Tanjung Raja Desa Kota Way Kecamatan Kasui. Air terjun berasal dari patahan sungai Way Tangkas yang mengalir dari Bukit Punggur menuju Desa Tanjung Kurung dan Desa Lebak Peniangan. Obyek Wisata ini dapat di capai dengan menggunakan kendaraan roda empat dengan jarak tempuh 10 km dari Kecamatan Kasui atau 40 Km dari Blambangan Umpu, Ibukota Kabupaten Way Kanan.

Air terjun ini bersumber dari patahan sungai Way Tangkas yang mengalir dari relung-relung punggung bukit punggur meliuk-liuk melalui dusun Tanjung Kurung Lebak Paniangan, dengan ketinggian mencapai 50 meter, sering di selimuti kabut dan belaian desir angin semilir berterbangan membawa embun yang sejuk menambah suasana semakin alami.

Pada saat tengah malam dalam suasana sepi sering terdengar suara gemerincing bagaikan suara seluring Gangsa, konon dari suara inilah nama Curup gangsa oleh masyarakat sekitar menjadi nama objek wisata. Selain Curup Gangsa, Way Kanan mempunyai beberapa air terjun yang terletak di Kecamatan Banjit yaitu Air Terjun Bukit Duduk, Air Terjun Putri Malu dan Air Terjun Juku Batu.

TAMAN PURBAKALA PUGUNG RAHARJO


Taman Purbakala Pugung Raharjo ini mempunyai luas –30 ha yang menyimpan peninggalan sejarah diberbagai zaman. Taman ini merupakan salah satu situs bersejarah peninggalan jaman Hindu, Budha, dan Islam yang berupa Punden Berundak, Batu Mayat (Batu Kandang), Altar Batu, Batu Berlubang, Benteng, Dolmen, Arca, dan Prasasti dari dinasti Han, Sung, dan Ming. Obyek wisata ini terletak di Desa Pugung Raharjo, Kecamatan Sekampung Udik di Kabupaten Lampung Timur.

Peninggalan dari zaman sejarah berupa benda-benda peninggalan Hindu-Budha (klasik tengah) seperti Arca, Prasasti, Keramik lokal maupun Asing (Dinasti Han, Yuan, Sung dan Ming), sebuah Arca type Polynesia tersimpan pada site museum yang di bangun disekitar komplek situs.

Lokasi keberadaan taman purbakala ini pun tidak kalah menarik, karena dikelilingi tanggul bekas peninggalan perang dan juga terdapat berbagai jenis pohon yang membuat suasanya menjadi semakin nyaman.

Sebuah benteng parit Primitif sepanjang 1,2 km mengelilingi situs Purbakala ini diduga dahulunya berisi air yang berasal dari sumber air disisi timur situs, yang konon menurut cerita air tersebut bila di pakai mandi dapat membuat awet muda. Obyek Wisata ini terletak di Kabupaten Lampung Timur dengan jarak tempuh sekitar 40 km dari Kota Bandar Lampung.

DANAU RANAU



Danau Ranau merupakan Danau terbesar kedua di Sumatera, terletak di Desa Lumbok, Sukau atau 31 km dari Kota Liwa Ibukota Kabupaten Lampung Barat. Secara geografis, danau ini terletak di perbatasan Kabupaten OKU Selatan Propinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung.

Luas Danau Ranau sekitar 8×16 km dengan latar belakang Gunung Seminung (ketinggian ± 1.880 m dpl), dikelilingi oleh bukit dan lembah. Pada malam hari udara sejuk dan pada siang hari suhu berkisar 20° - 26° Celsius. Terletak pada posisi 4°51′45″ bujur selatan dan 103°55′50″ bujur timur.

Secara geografis, topografi danau ranau adalah perbukitan berlembah, sehingga menjadikan danau Ranau memiliki cuaca sejuk. Terdapat beberapa jenis ikan hidup di danau, antara lain mujair, kepor, kepiat, dan harongan.

Pemandangan seputar Danau Ranau sungguh menakjubkan. Apaladi di tengah danau terdapat pulau bernama Pulau Marisa. Di sana juga terdapat sumber air panas. Sebagai tujuan wisata, wilayah ini kaya potensi karena masih ada objek pendukung seperti air terjun hingga resort.

Asal-Usul

Menurut cerita, danau ini tercipta dari gempa besar dan letusan vulkanik dari gunung berapi yang membuat cekungan besar. Sungai besar yang sebelumnya mengalir di kaki gunung berapi itu kemudian menjadi sumber air utama yang mengisi cekungan itu. Lama-kelamaan lubang besar itu penuh dengan air.

Sekeliling danau ditumbuhi berbagai tumbuhan semak yang oleh warga setempat disebut ranau. Maka danau itu pun dinamakan Danau Ranau. Sisa gunung api itu kini menjadi Gunung Seminung yang berdiri kokoh di tepi danau berair jernih tersebut.

Pada sisi lain di kaki gunung Seminung terdapat sumber air panas dari dasar danau. Di sekitar danau ini juga dapat ditemui air terjun Subik. Tempat lain yang menarik untuk dikunjungi adalah Pulau Marisa.

Pulau Marisa sebenarnya daratan yang terpisah dari kaki Gunung Seminung karena genangan air danau. Di daratan yang luasnya tidak lebih dari satu hektar itu terdapat pohon-pohon kelapa, dan pengunjung bisa sekadar mampir untuk menikmati keindahan secuil daratan itu.

Danau Ranau memang memiliki pesona. Bagaimana tidak? Bekas letusan gunung berapi tersebut seolah membentuk panggung alam nan elok. Gunung Seminung menjulang 1.880 meter di atas permukaan laut menjadi latar belakang dengan nuansa magis. Tebing dan barisan perbukitan menjadi pagar pembatas panggung megah itu.

Hamparan sawah hijau berpadu dengan air Danau Ranau yang biru seolah menjadi pelataran tempat berbagai jenis ikan berenang. Butir-butir kopi yang merah seakan-akan menjadi pemanis keindahan itu. Keelokan itu menjadi lengkap dengan bingkai indah pantai berpasir dan kerikil putih di sepanjang tepian.

Kawasan Danau Ranau belum digarap dengan sungguh-sungguh. Promosi pariwisata yang digalang Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, lewat Festival Danau Ranau belum memancing minat investor secara maksimal. Promosi yang digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat lewat Festival Teluk Setabas pun hingga kini belum mendatangkan investasi.

Danau Ranau dari sisi Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan maupun Liwa, Lampung Barat, sama-sama indah. Wisatawan ingin kembali ke sana, meskipun hanya berperahu atau sekadar menikmati deburan ombak. Pesona Danau Ranau tetap mengundang keinginan datang kembali.

Pengunjung yang tidak suka berperahu bisa menghabiskan waktu dengan beristirahat di penginapan. Di tepi Danau Ranau terdapat beberapa penginapan, yakni Seminung Lumbok Resort, Kotabatu di Banding Agung, dan cottage PT Pusri di Sukamarga.

Di kawasan wisata itu juga terdapat obyek tambahan bagi pengunjung, yakni air panas dengan kekhasan sendiri, karena mengalir langsung dari lubang-lubang di tebing. Air panas yang mengandung kadar belerang cukup tinggi ini terletak di Desa Air Panas di kaki Gunung Seminung. Lokasinya persis di seberang cottage milik PT Pusri di Sukamarga. Perjalanan dengan perahu motor dari Sukamarga ke lokasi air panas hanya sekitar 20 menit.

Pengunjung bisa datang kapan saja dan menikmati air panas yang tak pernah habis mengucur dari perut bumi tersebut. Saat berperahu motor di danau dengan tujuan air panas, pesona keindahan Danau Ranau pun begitu terasa. Ombaknya tidak terlalu besar, airnya biru bening, dan pesona alam sekelilingnya yang bergunung-gunung, niscaya memberi kesan mendalam bagi pengunjung.

Air panas di tepian Danau Ranau mengucur langsung dari celah-celah kaki Gunung Seminung. Ketika kaki dicelupkan ke aliran air tersebut, rasa panas langsung menyengat. Pengunjung tidak sekadar mandi di air hangat. Air panas itu dipercaya mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit.

Bagi pengunjung yang tidak mandi, mereka bisa menikmati keindahan danau di sekitar air panas dengan duduk-duduk di warung atau dermaga. Sejumlah warung makanan terdapat di lokasi itu, berdampingan dengan kolam air panas. Di warung-warung inilah dijajakan hasil alam Gunung Seminung, terutama alpokat dan petai.

Legenda

Tempat wisata dalam wilayah Lampung Barat terletak di Desa Lombok. Di sini telah dibangun daerah wisata terpadu meliputi hotel, tempat penangkaran rusa dan lain-lain. Rumah penduduk juga dijadikan tempat menginap wisatawan, sehingga mereka bisa merasakan tinggal di rumah panggung.

Penduduk sekitar danau menurutkan banyak kisah yang menceritakan asal usul Danau Ranau. Meskipun secara teori ilmiah diyakini danau ini terjadi akibat gempa tektonik, seperti Danau Toba di Sumatera Utara dan Danau Maninjau di Sumbar, sebagian besar masyarakat sekitar masih percaya danau ini berasal dari pohon ara. Konon, di tengah daerah yang kini menjadi danau itu tumbuh pohon ara sangat besar berwarna hitam.

Konon masyarakat dari berbagai daerah seperti Ogan, Krui, Libahhaji, Muaradua, Komering, berkumpul di sekeliling pohon. Mereka mendapat kabar jika ingin mendapatkan air, harus menebang pohon ara tersebut. Masyarakat dari berbagai daerah itu berkumpul dengan membawa makanan seperti sagon, kerak nasi, dan makanan lainnya.

Persis saat akan menebang pohon, masyarakat kebingungan cara memotongnya. Ketika itulah muncul burung di puncak pohon mengatakan warga harus membuat alat berbentuk mirip kaki manusia. Mereka membuat alat menggunakan batu dengan gagang kayu. Akhirnya pohon ara pun tumbang.

Dari lubang bekas pohon ara itu keluar air dan akhirnya meluas hingga membentuk danau. Sementara pohon ara yang melintang kemudian membentuk Gunung Seminung. Karena marah, jin di Gunung Pesagi meludah hingga membuat air panas di dekat Danau Ranau. Sedangkan serpihan batu dan tanah akibat tumbangnya pohon ara menjadi bukit di sekeliling danau.

Masih di sisi Danau Ranau, tepatnya di Pekon Sukabanjar, berseberangan dengan Lombok, terdapat kuburan yang diyakini masyarakat sebagai makam Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat. Makam keduanya terletak di kebun warga Sukabanjar bernama Maimunah. Untuk menuju ke lokasi, selain naik perahu motor dari Lombok, bisa juga dengan berkendaraan.

Menurut juru kunci kuburan, H Haskia, di sini terdapat dua buah batu besar. Satu batu telungkup diyakini sebagai makam Si Pahit Lidah dan satu batu berdiri sebagai makam Si Mata Empat. Si Pahit Lidah disebut sebagai Serunting Sakti dari Kerajaan Majapahit. Karena dianggap nakal, Si Pahit Lidah yang bernama asli Raden Sukma Jati ini oleh raja diusir ke Sumatera. Akhirnya, dia menetap di Bengkulu, Pagaralam, dan Lampung.

Si Pahit Lidah memiliki kelebihan, yakni setiap apa yang dikemukakannya terkabul menjadi batu. Akibatnya, Si Mata Empat dari India mencarinya hingga bertemu di Lampung, tepatnya di Way Mengaku. Di Way Mengaku keduanya saling mengaku nama. Lalu, keduanya beradu ketangguhan.

Salah satu yang dilakukan adalah memakan buah berbentuk seperti aren. Ternyata buah aren itu pantangan bagi Si Pahit Lidah. Karena makan, ia tewas. Sementara Si Mata Empat yang mendengar kabar lidah Si Pahit Lidah beracun tidak percaya dan mencoba menjilatnya. Akhirnya, dia pun tewas. Peristiwanya, menurut penuturan H Haskia, terjadi di Pulau Pisang. Lalu, kuburannya ditemukan di pinggir Danau Ranau.(Dari berbagai sumber)

MUSEUM SAI BUMI RUWA JURAI



Museum lampung adalah salah satu tempat kunjungan wisata sejarah yang dapat digunakan sebagai sarana pendidikan, penelitian dan rekreasi. Terletak dijalan z.a. pagaralam 5 kilometer disebelah utara pusat kota tanjungkarang dan hanya 400 meter dari terminal bus rajabasa.

Museum Negeri Provinsi Lampung "Ruwa Jurai" mulai dirintis pada tahun anggaran 1975/1976 sejak saat itu pembangunan fisik terus dilaksanakan di areal tanah seluas 17 .010 m2 yang berlokasi di Jalan Hi 2 A Pagar Alam No. 64 Gedung Meneng, Bandar Lampung. Bersamaan dengan peringatan Hari Aksara Internasional yang dipusatkan di Bandar Lampung pada tanggal 24 September 1988. Museum Negeri Provinsi Lampung diresmikan oleh Prof. Dr. Fuad Hasan.

Koleksi yang dapat dijumpai adalah benda-benda hasil karya seni, keramik dari negeri siam dan china pada zaman dinasti ming, stempel dan mata uang kuno pada masa penjajahan belanda dll. Koleksi-kolksi tersebut berjumlah 2.893 buah meliputi benda-benda geologi, biologi, etnografi, arkeologis, dan lainnya.

Salah satu jenis koleksi yang berkaitan dengan Kebudayaan Lampung adalah koleksi etnografika, klasifikasi koleksi jenis ini meliputi semua benda yang cara pembuatan dan pemakaiannya memperlihatkan ciri khas etnis tertentu.

Museum ruwa jurai dibuka setiap hari kecuali senin dan hari-hari besar.

TAMPANG - BELIMBING



Obyek Wisata Alam Tampang-Belimbing terletak di ujung selatan taman nasional, termasuk dalam wilayah Kabupaten Tanggamus (Tampang) dan Kabupaten Lampung Barat (Belimbing). Kawasan ini dapat dicapai melalui laut dengan menggunakan kapal motor laut ke Tampang (± 4 jam) dan ke Belimbing (± 6 jam), melalui udara dapat ditempuh dengan pesawat dari Bandara Raden Intan II, Bandar Lampung langsung ke Belimbing selama + 0,5 jam. Kawasan Tampang-Belimbing terdiri dari ekosistem hutan pantai sampai hutan hujan dataran rendah yang relatif masih asli, merupakan habitat penting bagi berbagai jenis flora penyusun hutan pantai dan hutan hujan dataran rendah, jenis-jenis satwa liar langka seperti rusa (Cervus unicolor), kerbau liar (Buba/us bubalis) dan mentok rimba (Caerina sp). Di muara Way Sleman terdapat pulau endapan yang didoininasi oleh jenis Nypa fruticans dan merupakan habitat bagi populasi kalong yang jumlahnya ribuan ekor. Selain itu dapat dijumpai pantai pasir yang panjang dan indah, pantai karang Sawang Bajau, Savana Kobakan Bandeng, Way Sleman, Way Blambangan, Danau Menjukut yang dipisahkan dengan laut hanya oleh pasir pantai selebar puluhan meter, mercu suar setinggi ± 70 m, habitat penyu laut di Penipahan dan enclave Pemekahan.

Di kawasan ini dapat dilakukan berbagai kegiatan olahraga air (berenang, surfing, snorkeling, diving) , foto hunting , penjelajahan hutan dan pantai, susur sungai, pengamatan flora fauna, memancing, safari malam.

Pengelolaan kawasan wisata Tampang-Belimbing saat ini dilaksanakan oleh PT. Sac Nusantara diatas lahan seluas 100 Ha sesuai SK. Menhut No. 415/Kpts-II/1992. Melalui kemitraan dengan PT. Sac Nusantara telah tersedia sarana-prasarana yang cukup lengkap diantaranya dermaga, air strip sepanjang ± 1,5 Km, Shelter , 4 buah Cottage, Guest House, kendaraan roda empat, kendaraan roda dua, kuda, speed boat , kapal motor laut Bronco, restoran, pondok kerja, pos jaga dan jalan setapak.

WISMA BANDAR LAMPUNG

Jl. Z.A. Pagar Alam No.1 Bandar Lampung
Telp.(0721)704676

WISMA HAJI

Jl. Soekarno-Hatta Bandar Lampung
Telp.(0721)702077

HOTEL MERPATI (Melati III)

Jl. Yos Sudarso - Bandar Lampung
Telp.(0721)341333

HOTEL PASIFIC (Melati III)

Jl. Yos Sudarso No.13 Bandar Lampung
Telp.(0721)482334

HOTEL PARAHIYANGAN (Melati III)

Jl. Teuku Umar Bandar Lampung
Telp.(0721)255339

HOTEL SARI DAMAI (Melati III)

Jl. Teuku Umar Bandar Lampung
Telp.(0721)701935

HOTEL KEMALA (Melati III)

Jl. Gatot Subroto No.73/75 Bandar Lampung
Telp.(0721)262548

HOTEL RIA (Melati III)

Jl. Kartini No.107 Bandar Lampung
Telp.(0721)253974

HOTEL PURNAMA (Melati III)

Jl. Raden Intan No.75 Bandar Lampung
Telp.(0721)26148

HOTEL ANDALAS (Melati III)

Jl. Raden Intan No.89 Bandar Lampung
Telp.(0721)263432
Fax.(0721)261481

HOTEL KURNIA DUA (Melati III)

Jl. Raden Intan No.75 Bandar Lampung
Telp.(0721)252905, 261158
Fax.(0721)251985

HOTEL KURNIA PERDANA (Melati III)

Jl. Raden Intan No.114 Bandar Lampung
Telp.(0721)262030, 262471
Fax.(0721)262924

HOTEL NUSA INDAH (Melati III)

Jl. Raden Intan No.132 Bandar Lampung
Telp.(0721)265242
Fax.(0721)264820

HOTEL ENGGAL

Jl. Jend. Sudirman No.56 Bandar Lampung
Telp.(0721)254689

HOTEL ARINAS

Jl. Raden Intan No.35 Bandar Lampung
Telp.(0721)266778
Fax.(0721)268645

HOTEL HARTONO

Jl. Kesehatan No.7 Bandar Lampung
Telp.(0721)262525
Fax.(0721)267929

HOTEL NUSANTARA

Jl. Soekarno-Hatta No.50 Bandar Lampung
Telp.(0721)781555
Fax.(0721)709995

HOTEL GRANDE

Jl. Raden Intan No.77 Bandar Lampung
Telp.(0721)265242
Fax.(0721)264820

HOTEL AMALIA

Jl. Raden Intan No.55 Bandar Lampung
Telp.(0721)250555

HOTEL BUKIT RANDU

Jl. Kamboja No.12A Bandar Lampung
Telp.(0721)241333
Fax.(0721)240123

HOTEL MARCOPOLO

Jl. Dr. Susilo No.4 Bandar Lampung
Telp.(0721)262511
Fax.(0721)254419

HOTEL SAHID BANDAR LAMPUNG

Jl. Yos Sudarso No.294 Bandar Lampung
Telp.(0721)488888
Fax.(0721)486589

HOTEL INDRA PURI

Jl. W. Monginsidi No.70 Bandar Lampung
Telp.(0721)258258
Fax.(0721)262440

HOTEL GRAND ANUGERAH

Jl. Raden Intan No.132 Bandar Lampung
Telp.(0721)266999
Fax.(0721)265300

HOTEL KRAKATOA NIRWANA RESORT

Jl. Trans Sumatera Km.45, Kalianda Lampung Selatan
Telp.(0727)322900
Fax.(0727)322323

HOTEL SHERATON LAMPUNG

Jl. W. Monginsidi No.157 Bandar Lampung
Telp.(0721)486666
Fax.(0721)486690